Minggu, 15 Juni 2014

Menyudahi Untuk Melindungi

                      Di masa SMA aku telah mengenal seseorang.
                      Seseorang yang telah mengajarkanku suatu hal yang baru dan belum pernah aku rasakan sebelumnya. Awalnya aku berpikir ini hanyalah suatu lelucon dan omong kosong belaka, sampai akhirnya aku benar-benar merasakan sakitnya jatuh ketika aku takut dia benar-benar pergi. Selalu memperdebatkan hal yang sama, hingga pada akhirnya mencapai klimaksnya
.
                      Aku menyuruhnya pergi.
                      Dan dia..... pergi.

                     Harusnya senang tapi malah kebalikannya. 
                     Tak tahu penyakit apa yang sedang ku alami tapi semua isi pikiranku hanya dia seorang. Berhari-hari menangisi sesuatu yang tidak jelas, hambar dan kacau balau. Seumur hidup baru kali itu aku merasakan jiwaku tak terkontrol. Setelah aku menjadi orang gila, aku sadar aku merindukan sosok yang hilang itu. Sosok yang ku sepelekan, sosok yang ku anggap tidak penting, sosok yang ku anggap pengganggu.... dan ternyata itu adalah sosok yang selama ini telah menemaniku.

                     Bisa dibilang aku termakan omongan sendiri.
                     Dan ya.... aku benar-benar merindukannya.


                     Tapi untunglah sesuatu yang menyakitkan itu tidak berlangsung lama.
                     Aku senang dia tidak benar-benar menghilang dan pergi. Yang aku butuhkan adalah dia disisiku dan hanya melihatku seorang. Mungkin terdengar egois tapi aku lebih mementingkan nasibku terlebih dahulu daripada orang lain sekalipun itu adalah temanku sendiri.

                     Tahun terakhirku di SMA malah menumpuk banyak masalah yang menurutku tidak begitu penting, mengakibatkan aku menjadi terombang ambing terhadap dia. Kala itu semuanya ku anggap teman dan semuanya sama, aku tidak ingin bersikap sombong jadi aku hanya bersikap sopan dan ramah. Bersikap layaknya teman yang friendly :) sesuatu yang umum dan wajar dilakukan kebanyakan orang.

                     Tapi mungkin caraku merespon kepada mereka adalah salah, mengakibatkan mereka menjadi salah paham. Tapi aku tak mengerti. Temanku yang lain juga ada yang seperti itu tapi kenapa aku menjadi yang salah? Aku hanya ingin menambah teman saja, tidak lebih dari itu. Mereka yang datang bersamaan dengan tujuan yang lain di satu waktu membuatku pusing menyelesaikannya. Gosip negatif mulai tersebar dan aku sadar aku membahayakan satu orang. Ya. Seseorang yang selalu ku samakan dengan jerapah dan selalu memanggilku "tembem". Menyebalkan memang tapi memiliki makna dibaliknya :))


                     Aku berpikir dengan menyudahi yang selama ini terjadi antara aku dan dia mungkin akan memudahkanku menyelesaikan masalah tanpa menambah beban atau tidak menjadikan dia ikut terseret ke masalahku. Aku tak mau itu terjadi, cukup aku saja.

                    Pelan-pelan aku mencoba memberitahukan dia mengenai ini, dan aku menyuruhnya pergi. Aku sudah menjadi orang jahat baginya. Awalnya sulit untuk menerima itu semua, aku menjelaskan sampai detail hingga mungkin telah membuat dia kaget. Jika pada akhirnya dia akan pergi lagi untuk kedua kalinya dan menghilang dari hadapanku, aku ikhlas. Karena aku telah mengecewakannya.

                   Dia termasuk orang yang gampang berubah mood atau mungkin bipolar. Jika good mood berbicara dengannya menyenangkan, tapi kalau bad mood benar-benar membuat jengkel dan frustasi orang. Kadang aku berpikir kenapa orang tuanya begitu sabar memiki anak species macam seperti dia -_-
Ekspresinya datar, jarang tersenyum dan sikapnya dingin. Entah hanya berakting sok cool atau memang pada dasarnya seperti itu. Entahlah. Tapi sekalinya tertawa pasti didasari dengan mengejek dan begitu menyebalkannya dia ketika tertawa puas.


                   Seberapa menyebalkannya dia, aku tetap bisa melewatinya. Begitu banyak masalah dan godaan tapi tetap berujung kembali melihatnya. Satu hal yang aku sadari setelah mengenal manusia itu. Suatu kepercayaan itu muncul bukan hanya dari perkataan manis dan sesering berkomunikasinya kamu. Suatu kepercayaan itu muncul dari tindakan yang dilakukan dan keyakinan dirimu dalam mengahdapinya.

                   Jika memang salah dan masih ada celah kesempatan.
                   Gunakanlah kesempatan itu!






                    "Mempertahankan ini semua walaupun harus memulai dari awal lagi untuk mencintainya"
                                                                           IKHSAN