Tuhan menciptakan manusia dengan dua jenis,
yaitu laki-laki dan perempuan. Tuhan juga menciptakan manusia dengan dibekali
sifat yang berbeda-beda. Dan setiap orang mempunyai cerita sendiri-sendiri. Ada
salah satu cerita tentang remaja yang jatuh cinta tetapi bukan cinta yang
sesungguhnya. Kenapa? Karena inilah ceritanya. Bisa disebut sahabat atau yang
lain.
Nova
Aldino itu namaku. Aku bukanlah anak yang dilahirkan di keluarga yang kaya dan
kecukupan. Aku juga bukan anak yang bebas. Tak seperti anak-anak lainya yang
seumuranku, aku sangat sulit bermain keluar rumah. Sehingga aku sangat sulit
dalam bergaul, ditambah lagi keluargaku yang sering pindah rumah. Di kampung
aku tak pernah mengikuti organisasi kepemudaan mengingat betapa sulitnya aku
bergaul. Di sekolah aku bukan anak yang cukup populer, mungkin karena aku tidak
mengikuti organisasi apapun. Aku mempunyai beberapa teman yang mungkin cepat
atau lambat akan meninggalkanku. Teman, itu yang sangat aku butuhkan.
“Kriiiing.....”
alarmku sudah berbunyi, tandanya waktu sudah pukul 04:30 aku harus bangun.
“Bangun! Kau harus segera mandi lalu sarapan
karena kita berangkat
pagi.”, Ayahku membangunkanku. Itu karena aku hanya diantar Ayahku ke sekolah
dan Ayahku harus segera pulang lagi untuk mengantar adekku sekolah. Cukup berat
untuk seorang lelaki berumur 56 tahun. Aku memang belum bisa mengendarai motor
sendiri karena tubuh yang cukum lemah. Menyebalkan memang. Apalagi dulu aku
tidak sempat belajar mengendarai karena tak punya motor. Akhirnya aku sudah
siap berangkat sekolah pagi itu. Sebelum berangkat Ayahku bertanya,”Nov, kamu
masih ada duit kan di dompet?”. ”Tentu saja aku masih punya, Yah.” “Ada apa
emang Ayah bertanya begitu?”. “Uang Ayah sudah habis Nov.” “Hari ini Ayah tidak
bisa kasih kamu uang saku.”. ”Tenang saja Ayah, aku bisa berhemat dengan uangku
kok. Apakah Ayah mau menggunakan uangku dulu?”. “Enggak, kamu pakai untuk makan
aja.” Saatnya berangkat sekolah.
Tak
seperti biasanya. Aku merasa gugup sesampai di sekolah, padahal nggak ada
apa-apa. Barangkali karena krisis percaya diri yang lagi aku alami. Aku tak
pernah menyukai seorang gadis pun sebelumnya. Tidak sebelum aku mengenal Nisa
Arina Putri. Sebelumnya karena aku tak pernah percaya diri. Itulah masalah terbesar dalam hidupku.
Secara
umum cinta itu berhubungan dengan romantis. Itulah yang banyak orang pikirkan.
Tapi apakah selalu begitu. Bagaimana kalau cinta tak pernah mendekat 1
centimeter pun? Apakah setiap tahun akan sedih? 1 tahun tak berarti lama bagi
seorang yang sedang menjalani kisah bewarna. Sahabat atau pacar yang lebih
penting bagi remaja. Itulah yang aku pikir tentang hubunganku dengan Nisa.
Latar belakang menjadi hambatan untuk mengejar 1 centimeter ke depan. Karena setiap waktunya terasa
semakin menjauh. Tak seperti harapan kisah cinta.
Aku
masih remaja. 17 tahun sudahlah wajar kalau aku mulai menyukai seorang gadis.
Tapi susah bagiku untuk mendekati seorang gadis. Apa lagi dengan keadaanku
sekarang. Aku pikir, di rumah saja aku sudah kesulitan bergaul, bagaimana
dengan orang yang kusukai?
Sebenarnya
bukan hal yang baru bagiku menyukai gadis itu. Karena aku sudah menyukainya
sejak waktu masih di SMP. Orang bilang itu namanya cinta monyet. Padahal aku
nggak suka monyet. Sekarang aku dan gadis itu berbeda sekolah. Dia sekarang bersekolah
di salah satu sekolah swasta di kotaku. Beberapa kali aku pergi bersama dengan
gadis itu, walau susah juga waktu aku akan mengajak bicara dia.
Suatu hari aku
mengajaknya nonton, karena lagi ada cukup duit juga. “Nis, nonton yuk?” aku
mengirim SMS ke dia. “Boleh, mau nonton apa?” “Kamu tau film Twilight yang baru
tayang itu kan?” “Kita mau nonton itu? Kebetulan banget nih aku juga pengen
nonton itu.” “Hari minggu ya nontonnya!”
Tibalah hari di mana
kami akan nonton bersama. Kami janjian untuk bertemu di depan tempat kami
nonton nanti. Di salah satu mall di Jogja. “Hai Nova!” Nisa sudah sampai
sebelum aku karena dia menggunakan motor untuk ke sana. Sebelum membeli tiket
nonton kami ngobrol-ngobrol terlebih dahulu. “Nov, katanya uang sumbanganmu
belum dibayar ya?” “Iya nih, kok tau sih?” “Temenku di sekolahmu yang bilang
gitu.” Lumayan lama kami ngobrol dan akhirnya udah waktunya buat nonton.
“Vampirnya keren ya, Nov. Coba aku punya pacar kaya gitu.” Tanpa sadar aku
mengucap “Coba kalau itu aku yang jadi pacarmu” “Eh? Kamu bilang apa Nov?”.
Dengan sedikit panik aku lalu menjawab,”Enggak bilang apa-apa kok, Nis” “Kamu
bilang coba kalau pacar apa gitu.” “Haha.. Lupakan aja”. Twilight itu emang
cukup romantis walau ceritanya tentang Vampir. Akhirnya selesai sudah filmnya.
Sebelum pulang aku ajak Nisa makan dulu karena aku memang sudah lapar. Tempat
makannya cukup nyaman walau di tengah keramaian mall. Aku mulai mengajaknya
ngobrol. Aku menanyakan apakah dia sudah punya pacar atau belum. Dan jawabannya
dia belum punya tapi dia sudah dekat dengan salah satu murid di sekolahnya.
Hari itu cukup
membuatku bimbang. Karena sebelumnya aku ingin mengungkapkan perasaanku. Malam
harinya aku menjadi susah tidur karena memikirkan itu. Dan akhirnya aku hanya
bisa menunggu keajaiban yang akan datang. Berharap dia mempunyai sedikit
perasaan kepadaku. Seperti biasanya esoknya aku harus melakukan rutinitas. Tapi
hari senin itu aku benar-benar tidak semangat. Seperti kehilangan motivasi. Semakin
menderita saja diriku ini pikirku. Di waktu pelajaran Bahasa Inggris guruku
memberi motivasi “Jangan berpikir kamu adalah orang yang paling menderita!”
Benar juga pikirku. Untuk apa bersedih terus. Lebih baik aku mencari jalan
keluar untuk ini.
Sepulang sekolah
akhirnya aku mantapkan hatiku. Aku ingin mengungkapkan perasaanku malam itu.
Dan akhirnya aku lakukan. Walau hanya lewat SMS. Tidak terlihat jantan memang.
Tapi mau bagaimana lagi, cuma
itu yang bisa aku lakukan. Jantungku berdebar sangat kencang sebelum aku
mengirim SMS kepada Nisa. Setelah menunggku beberapa saat. Akhirnya ada SMS
masuk. Ternyata dari Nisa. Saat aku buka SMS itu, jantungku serasa berhenti
berdetak. Sungguh tak seperti yang kupikirkan. Sangat diluar dugaan. Aku tak
paham apakah aku terlambat. Mungkin iya pikirku. Nisa baru saja resmi
berpacaran dengan salah satu teman di sekolahnya, sangat mengejutkan. Tapi aku
ikhlas.
Satu tahun sudah
berlalu setelah Nisa berpacaran. Dan aku masih saja memendam perasaan
kepadanya. Walau pun dia sudah punya
pacar tapi kami masih bisa keluar untuk sekedar bermain bersama. Karena kami
sudah seperti sahabat. Begitulah dia menganggapku. Dan sampai saat itu aku
masih menyembunyikan perasaanku sebenarnya dari dia. Walau begitu dialah
motivasi bagi diriku untuk berubah menjadi lebih baik.
Tak kuduga setelah 1
tahun dia menjalin hubungan dengan pacarnya akhirnya dia putus. Sore hari
setelah dia setelah putus dia mengirim SMS kepadaku. “Nov, aku ingin cerita
sama kamu.” “Kamu mau cerita apa, Nis” “Aku habis putus sama pacarku, Nov.”
“Kenapa?” “Aku sama dia sudah nggak cocok lagi.”
Waktu terus berlalu. Dan seiring waktu kami mulai beranjak dewasa. Kami sudah kelas 3 SMA sekarang. Tugas semakin banyak dan kami mulai semakin sibuk. Kami jadi semakin susah untuk sekedar bertemu, bahkan di dunia maya.
Hari ini hari ulang
tahunku. Tapi aku merasa gelisah, karena aku ingin menunggu ucapan dari Nisa.
Nisa Arina Putri. Harapan yang cukup sederhana di ulang Tahun yang ke-18. Ada sesuatu yang
menyadarkanku tentang perasaanku kepadanya. Meskipun aku sudah menulis 1000
pesan balas membalas dengannya, tetapi hati kami tidak mendekat bahkan 1
centimeter pun. Tapi bukan alasan untukku menjauh. Karena cerita ini bukanlah
romantisme seperti di film. Inilah realita. Aku bersahabat dengan dia. Itulah
ceritanya. Karena sahabat harus selalu aku jaga.
Ini bukanlah cinta. Semua orang bisa bicara itu. Tapi apa mudah membicarakan perasaan? Seiring waktu berjalan. Persahabatan terasa begitu erat. Ingin selalu ku jaga. Walau aku masih memendam rasa. Tapi Tuhanlah yang menentukan. Aku bercita-cita menjadi Arsitek yang akan membangun dunia ini menjadi lebih indah. Begitu pula hati ini. Aku akan merancang dan membangunnya. Untuk sesuatu yang indah. Yang tak tahu apa artinya. Jangan berpikir cerita cinta harus berakhir saling mencintai. Berpikir realistis di dalam realita. Dunia tak sesempit sangkar burung. Hati ini tak seluas dunia. Karena sekarang hati ini sudah penuh dengan kebahagiaan.
~~~~
**ini adalah cerpen hasil karya sahabatku Jimmy buat bantuin tugas bahasa indonesia hehe..karna hasilnya bagus maka aku post di blog. dia bilangnya kurang bagus tapi buatku ini bagus aja. selamat membaca**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar